Views: 5
Penelitian Internasional– Sebuah penelitian kolaboratif antara para akademisi dari Indonesia dan Belanda berhasil mengungkap faktor-faktor psikologis yang menyebabkan sebagian masyarakat menolak bantuan kemanusiaan internasional. Artikel ilmiah berjudul “The Psychological Antecedents of Resistance to Humanitarian Aid” yang diterbitkan dalam jurnal bereputasi Group Processes & Intergroup Relations (SAGE, 2022) ini melibatkan sejumlah peneliti, di antaranya Dr. Ali Mashuri (Universitas Brawijaya), Dr. Esther van Leeuwen (Leiden University), Dr. Esti Zaduqisti (IAIN Pekalongan), Dr. Fitri Sukmawati (IAIN Pontianak), Dr. Halimatus Sakdiah (UIN Antasari Banjarmasin), dan Dr. Ika Herani (Universitas Brawijaya).
Penelitian ini menyoroti fenomena penolakan terhadap bantuan kemanusiaan yang sering muncul di berbagai negara, termasuk Indonesia. Melalui dua studi yang melibatkan ratusan mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi Islam, para peneliti menemukan bahwa kepercayaan terhadap teori konspirasi dan sikap narsisisme kolektif nasional dapat memicu persepsi negatif terhadap motif negara pemberi bantuan. Akibatnya, sebagian masyarakat memandang bantuan kemanusiaan sebagai strategi politik terselubung, bukan sebagai bentuk empati kemanusiaan.
Menurut Dr. Halimatus Sakdiah dari UIN Antasari Banjarmasin, penelitian ini membuka ruang refleksi penting bagi akademisi dan praktisi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI). Ia menilai bahwa temuan tersebut menunjukkan betapa krusialnya strategi komunikasi lintas budaya dan komunikasi publik yang etis dalam membangun kepercayaan antarbangsa.
“Dakwah dan komunikasi Islam modern tidak hanya berbicara pada tataran pesan keagamaan, tetapi juga bagaimana pesan kemanusiaan dikemas dan disampaikan dengan empati lintas identitas,” ungkapnya.
Dalam konteks pendidikan KPI, studi ini memiliki nilai strategis karena menawarkan pemahaman baru tentang persepsi, kepercayaan, dan resistensi masyarakat terhadap pesan kemanusiaan. Bagi mahasiswa dan peneliti KPI, penelitian ini dapat menjadi dasar dalam mengkaji framing media, komunikasi antarbudaya, serta narasi kemanusiaan dalam penyiaran Islam.
Lebih jauh, hasil riset ini relevan untuk dikaitkan dengan praktik dakwah digital dan diplomasi kemanusiaan berbasis nilai Islam, terutama dalam menghadapi isu-isu global seperti bencana alam, konflik sosial, dan disinformasi di media.
“Kita belajar bahwa komunikasi Islam yang efektif harus mengedepankan kejujuran, empati, dan keadilan sosial. Nilai-nilai inilah yang dapat meredam prasangka dan meningkatkan solidaritas lintas bangsa,” tambah Halimatus Sakdiah.
Penelitian Mashuri et al. ini memperlihatkan bahwa pendekatan ilmiah lintas disiplin, yang memadukan psikologi sosial dengan studi komunikasi dan nilai-nilai Islam, sangat potensial untuk memperkuat citra Indonesia sebagai pusat kajian Islam moderat dan humanistik. Bagi sivitas akademika UIN Antasari, kehadiran peneliti institusi ini dalam jurnal internasional bereputasi menjadi bukti nyata kontribusi kampus dalam percakapan ilmiah global tentang kemanusiaan dan komunikasi Islam.
________________________________________________
Sumber: Mashuri, A., van Leeuwen, E., Zaduqisti, E., Sukmawati, F., Sakdiah, H., & Herani, I. (2022). The Psychological Antecedents of Resistance to Humanitarian Aid. Group Processes & Intergroup Relations, 25(1), 280–297.

